home

Selasa, 22 November 2011

BMX oh BMX

Sekitar tahun 1790, sebuah sepeda pertama berhasil dibangun di Inggris. Cikal bakal sepeda ini diberi nama Hobby Horses dan Celeriferes. Keduanya belum punya mekanisme sepeda zaman sekarang, batang kemudi dan sistem pedal. Yang ada hanya dua roda pada sebuah rangka kayu. Bisa dibayangkan, betapa canggung dan besar tampilan kedua sepeda tadi. Meski begitu, mereka cukup menolong orang-orang – pada masa itu – untuk berjalan.

Penemuan fenomenal dalam kisah masa lalu sepeda tercipta berkat Baron Karl Von Drais. Von Drais yang tercatat sebagai mahasiswa matematik dan mekanik di Heidelberg, Jerman berhasil melakukan terobosan penting, yang ternyata merupakan peletak dasar perkembangan sepeda selanjutnya. Oleh Von Drais, Hobby Horse dimodifikasi hingga mempunyai mekanisme kemudi pada bagian roda depan. Dengan mengambil tenaga gerak dari kedua kaki, Von Drais mampu meluncur lebih cepat saat berkeliling kebun. Ia sendiri menyebut kendaraan ini dengan nama, Draisienne. Beritanya sendiri dimuat di koran lokal Jerman pada 1817.

Proses penciptaan selanjutnya dilakukan Kirkpatrick Macmillan. Pada tahun 1839, ia menambahkan batang penggerak yang menghubungkan antara roda belakang dengan ban depan Draisienne. Untuk menjalankannya, tinggal mengayuh pedal yang ada.

Yang mempopulerkan pedal dan rantai penggerak roda belakang adalah James Starley. Sehingga pada tahun 1900 di Amerika Serikat tercatat ada 70 ribu buruh untuk membuat 4 juta unit sepeda. James Starley mulai membangun sepeda di Inggris di tahun 1870. Ia memproduksi sepeda dengan roda depan yang sangat besar (high wheel bicycle) sedang roda belakangnya sangat kecil.

Klasifikasi Sepeda

Bersepeda merupakan salah satu olahraga yang menyenangkan. Namun untuk olahraga yang satu ini kita harus memilih spsefikasi dari berbagai jenis sepeda yang akan kita gunakan, karena itu yang akan menentukan permainan sepeda apa yang akan kita lakukan. Sepeda sendiri ada berbagai ragam mulai dari sepeda BMX untuk freestyle maupun untuk Downhill dan Roadbike yang lebih dikenal ‘sepeda Balap’ ataupun Mountain Bike (MTB) yang sering disebut ‘Sepeda Gunung’.

Dari jenis olahraganya, bersepeda bisa dibagi dua, yaitu on road dan off road. Pada tipe on road atau road bike,trek yang ditempuh biasanya di jalan – jalan dalam kota. Sedangkan pada tipe off road atau extreme bike, trek yang digunakan adalah pada medan jalan tanah dan bergunung. Karena medan yang dilalui relatif lebih sulit, tak heran jenis sepeda ini lebih lengkap. Berdasarkan suspensi atau peredam kejut, design sepeda dapat dikategorikan menjadi empat jenis:

- Fully Rigid : Jenis ini memiliki rangka yang kaku, tanpa ada suspensi baik depan maupun belakang.

- Softtail : Frame-nya menggunakan suspensi yang disebut dengan “elastomer“, fungsinya adalah untuk menggerakkan frame melewati medan yang tidak rata.

- Hardtail : Jenis ini memiliki bagian depan yang bersuspensi, sedangkan frame dengan bagian chain stay kaku tanpa ada suspensi. Tipe hard tail biasanya dipakai di medan yang bervariasi. Tipe hard tail sendiri bisa dicirikan dari adanya satu shockbreaker di garpu depan. Kalau tipe ini lebih cepat mendapatkan momentum ketika digenjot sehingga untuk mendapat kecepatan maksimum jadi lebih gampang. Tipe ini cocok buat yang senang cross country atau main di daerah pedesaan. Untuk yang suka modifikasi, kita bisa menambah shockbreaker, rem cakram, menambah gir, dan lain-lain

- Dual/Full Suspension : Sepeda jenis ini memiliki suspensi untuk bagian garpu depan dan bagian chain stay. Mekanisme kerja peredam kejut di bagian chain stay menggunakan penggerak (Pivot) yang menghubungkan lower dan upper chain stay, sehingga membuat ban belakang dapat naik-turun mengikuti kontur medan yang dilalui. Untuk full suspention biasanya dipakai buat penggemar turunan atau downhill. Hal ini penting karena getaran sepeda saat turun bisa diredam oleh shockbreaker di garpu depan dan belakang sepeda. Sepeda jenis ini biasanya fork (garpu) depannya lebih tinggi ketimbang belakang. Soalnya ketika di turunan, sudut kemiringan sepeda enggak akan terlalu ekstrem. Alhasil sepeda jadi lebih mudah dikontrol.

Mountain bike (MTB) menurut data, lahir tahun 1976. Dia tercipta oleh beberapa kelompok orang California yang awalnya dijuluki clunker atau cruiser di kawasan Marin County. Orang-orang ini sebelumnya ‘gila berat’ dengan sepeda jenis bicycle motor cross (BMX). Mereka jika lomba dengan BMX, gayanya itu khas sekali. Yakni, lompat-lompat di atas balok kayu (log jump), batu dan sebagainya.

Tapi kenapa mereka pindah ke MTB dan menciptakan sepeda jenis itu? Menurut mereka, BMX kurang mampu menempuh jarak jauh sambil mendaki atau pun menuruni bukit. Selain itu, frame geometrical-nya (kerangka) amat beda sehingga teknis pengendaliannya juga berbeda. Pada log jump, MTB tak mampu melakukan manuver seperti itu tapi BMX begitu mudah dan tangkas.

Berdasarkan cara mengendarai dan jenis medan Setidaknya ada 5 jenis Mountain Bike berdasarkan fungsinya, yaitu:
- Cross country (XC). Dirancang untuk lintas alam ringan hingga sedang. Didesain agar efisien dan optimal pada saat mengayuh dan menanjak di jalan aspal hingga jalan tanah pedesaan. Sepeda jenis ini dapat digunakan untk melibas segala jenis trek yang bervariasi seperti tanjakan, turunan, aspal maupun kubangan lumpur. Namun, sepeda ini memang tidak dirancang untuk turunan yang sulit, khusus untuk turunan yang sulit lebih pas kalo kita gunakan sepeda jenis Downhill (DH). Sepeda jenis ini biasanya menggunakan bahan logam yang ringan. Di Indonesia banyak dipertandingkan kelas cross country dan downhill. Karena dilihat dari jumlah peminat dan penggemar sepeda lintas alam yang jauh lebih banyak serta dari segi risiko dan biaya perlengkapan yang jauh lebih rendah.

- Enduro / All mountain (AM). Dirancang untuk lintas alam berat seperti naik turun bukit, masuk hutan, melintasi medan berbatu, dan menjelajah medan offroad jarak jauh. Keunggulan all mountain ada pada ketahanan dan kenyamanannya untuk dikendarai. Hampir semua sepeda AM bertipe full-suspension. Sepeda ini memiliki karakteristik yang hampir sama dengan jenis XC, perbedaan utamanya adalah pada bobot. Sepeda AM lebih berat dibandingkan dengan XC. Bobot yang lebih berat ini dimaksudkan untuk mengantisipasi medan yang lebih ekstrim dan ukuran rangka biasanya lebih besar dari XC.

- Freeride (FR). Dirancang untuk mampu bertahan menghadapi drop off (lompatan) tinggi dan kondisi ekstrim sejenisnya. Bodinya kuat namun tidak secepat dan selincah all mountain karena bobotnya yang lebih berat. Kurang cocok untuk dipakai jarak jauh. Julukan freeride ini mengikuti jenis aliran yang ingin mendobrak keteraturan yang hanya melewati jalur atau medan yang dilewati. Bagi penikmat sepeda ini, freeride adalah “No Way End for My Bike“. Berat sepeda jenis ini bisa lebih berat dari jenis AM dan XC.

- Downhill (DH). Dirancang agar dapat melaju cepat, aman dan nyaman dalam menuruni bukit dan gunung. Mampu menikung dengan stabil pada kecepatan tinggi dan selalu dilengkapi suspensi belakang untuk meredam benturan yang sering terjadi. Sepeda DH tidak mengutamakan kenyaman mengayuh karena hanya dipakai untuk turun gunung. Sepeda downhill juga lebih mengacu pada lomba, sehingga selain kekuatan, yang menjadi titik tekan dalam perancangannya adalah bagaimana agar dapat melaju dengan cepat. Untuk menuju ke lokasi, para downhiller tidak mengayuh sepeda mereka namun diangkut dengan mobil. Tidak efisien dipergunakan di dalam kota maupun di jalur cross country.

Sepeda jenis ini memang dirancang untuk dapat digunakan pada jalur yang penuh dengan turunan. Sepeda jenis ini juga memiliki berat yang lumayan dan biasanya terbuat dari logam yang cukup tebal dan berat (Berat sepeda sangat berguna untuk meluncur mengikuti gravitasi bumi..). Ciri yang kasat mata lainnya selain bentuknya yang menyerupai motor trail tanpa mesin, adalah jumlah gear depan dan belakang yang biasanya lebih sedikit. Suspensi depan biasanya memiliki travel berkisar antara 150 mm sampai dengan 200 mm, hal ini dimaksudkan agar getaran yang timbul dapat teredam dengan baik. Sedangkan suspensi belakang menggunakan travel berkisar antara 7 sampai 8 inchi.

Biasanya, berjenis full supension bike, yang mempunyai peredam kejut di bagian depan dan belakang. Fungsi kedua peredam kejut itu untuk lebih menjaga kemampuan kontrol, kekuatan menahan beban dan traksinya. Itu sebabnya, daya travel peredam kejut ini mencapai 7 inci. Yang tidak boleh terlewatkan adalah soal sistem pengereman. Melihat risiko dan medan yang dijelajahi, sepeda downhill memakai rem cakram. Di bagian crank, yaitu lengan ayun untuk mengayuh sepeda terpasang pada botom bracket dan di ujung satunya lagi terpasang pedal, punya spesifikasi khusus. Sepeda downhill hanya memiliki satu piringan chainwheel (piringan bergerigi yang berada pada chainset/komponen crank). Sepeda ini tidak bisa dipakai di medan menanjak. Dengan tuntutan spesifikasi yang khusus itu komponen sepeda downhill menjadi mahal. Bila dihitung-hitung, harga satu set sepeda yang siap bisa dipakai bermain, harganya mulai dari Rp 16 juta.

Seorang pemain sepeda downhill harus melengkapi dirinya dengan alat-alat keamanan. Karena risiko yang ditimbulkan lebih ekstrem dan berbahaya. Helm full face, pelindung dada dan tulang belakang wajib dikenakan. Kemudian masih ditambah pelindung siku, pergelangan dan tulang kering. Sepatunya juga khusus. Bila sudah siap berlaga, jangan lupa pakai kacamata (google) dan sarung tangan. Biaya pembelian perlengkapan keselamatan juga tidak murah. Helm full face biasanya berkisar Rp 1 juta, body protector komplet (Rp 1 – 2 juta), sepatu (sekitar Rp 500 ribu), kacamata (tak lebih dari Rp 1 juta) dan sarung tangan (sekitar Rp 200 ribu). Nah, sekarang anda bisa memperkirakan biaya yang akan anda keluarkan saat ingin mencoba hobi menarik yang satu ini.


- Dirtjump (DJ)/ Urban and Street (DJ). Nama lainnya adalah urban MTB. Penggemar jenis ini awalnya adalah anak muda perkotaan yang menggunakan sepeda gunung selain sebagai alat transportasi, ngebut di jalanan kota, juga digunakan untuk melakukan atraksi lompatan tinggi dan ekstrim. Fungsinya mirip BMX namun dengan bentuk yang diperbesar. Umumnya sepeda DJ memiliki frame yang hampir sama dengan jenis sepeda BMX (singkatan dari B=Bicycle M=Moto X=Cross), tetapi memiliki diameter yang lebih besar antara 30% - 40%. Jika BMX memiliki diameter ban 20 inchi, sepeda DJ menggunakan diameter 24″. Jenis sepda DJ ini digunakan untuk dapat melewati segala kontur yang sudah dibuat (biasanya diwilayah perkotaan) seperti trotoar, tangga, tembok dan sebagainya.
Selengkapnya - BMX oh BMX

Tentang Bulutangkis

Sejarah Badminton / Bulutangkis

Badminton mendapat namanya dari Badminton House di Gloucestershire Inggris, Rumah dari Duke of Beaufort, dimana olahraga ini dimainkan di abad terakhir. Sebelum Badminton House, ada sebuah permainan yang disebut poona (permainan yang dimainkan oleh petugas stationed tentara Inggris di India).

Sebelum poona ada jeu de yang dimainkan di Benua Eropa, sebelum itu, Ti Jian Zi dan karena Anda dapat melihat, itu tidak mudah melacak garis keturunan dari sekarang kita panggil olahraga bulu tangkis! Badminton ada setidaknya dua ribu tahun lalu, yang mengherankan sejarah panjang untuk salah satu Olimpiade olahraga terbaru!
Popularitas di seluruh dunia untuk olahraga bulu tangkis setelah debut di Olimpiade Barcelona pada tahun 1992. Pertama turnamen Utama Piala Thomas adalah (dunia laki-laki tim championships) pada 1948. Setelah semua tahun ini, bulu tangkis tidak begitu berbeda dari para pendahulu kuno, maupun dari permainan yang dimainkan oleh elit masyarakat di pertengahan 1800, kecuali untuk kecepatan permainan. Berikut ini adalah fakta menarik, dimana yang smash tercepat dilakukan oleh Simon Archer Inggris, adalah clocked di lebih dari 160 mph (260 km / jam).

Selengkapnya - Tentang Bulutangkis

Morrissey Tulis Buku Otobiografi Dirinya

Morrissey - Dia merupakan vokalis dari grup musik The Smiths. Dia berkarier di dunia musik sejak tahun 1982. Setelah The Smiths bubar pada tahun 1987, Morrissey tetap melanjutkan karier di dunia musik sebagai solois. Karya musik Morrissey memiliki dampak positif terhadap pergerakan musik di berbagai negara, bahkan majalah musik NME menyebutkan Morrissey sebagai salah satu seniman yang paling berpengaruh sepanjang masa. Di Indonesia sendiri, banyak sekali band atau group musik yang terinspirasi dari karya musik The Smiths ataupun Morrissey. 

Mantan vokalis dan penulis lagu The Smiths yang juga sukses dengan solo karirnya sejak akhir 80an, Morrissey, baru-baru ini mengabarkan bahwa buku otobiografinya telah selesai ia tulis. Namun buku itu rencananya baru akan diterbitkan tahun depan.

Dalam wawancaranya dengan BBC Radio 4 baru-baru ini yang dilansir oleh NME, Morrissey menjelaskan sudah sejauh apa perkembangan terakhir dari buku tersebut. “Yah, saya telah mencapai tahap penyusunan ulang dan pemangkasan,” katanya.
Morrissey kemudian menambahkan bahwa saat ini buku otobiografinya mencapai 660 halaman. Dan ia berpikir bahwa halaman sebanyak itu terlalu banyak untuk dibaca orang nantinya.

“Aku hanya ingin tahu apakah 660 halaman terlalu banyak untuk ditanggung oleh orang-orang. Dan saya kemudian duduk dan berpikir, ya, apakah enam halaman juga terlalu banyak buat orang-orang? Saya benar-benar tidak tahu. Maka saya sekarang memangkasnya,” ujar penyanyi yang juga dijuluki Moz ini.

Morrissey belum memastikan penerbitan mana yang akan menerbitkan otobiografinya. Namun, ia berharap bukunya bisa dirilis sebagai serial Penguin Classics.

Ini memang bukan kali pertama penyanyi Inggris legendaris itu menulis buku. Pada 1981, Morrissey pernah menerbitkan buku berjudul The New York Dolls, dua tahun kemudian bukunya James Dean is Not Dead juga terbit, dan Exit Smiling yang ia tulis pada 1980—namun kemudian ditolak—diterbitkan pada 1998.

Dalam wawancara itu juga, Morrisey ditanya mengenai kemungkinan reuni The Smiths dan ia langsung menampiknya. “Itu tidak akan terjadi. Tidak. Saya pikir tidak,” katanya.
Namun, ia memastikan bahwa dirinya tidak akan pensiun sebagai penyanyi. “Mungkin saya hanya akan melakukannya seperti para penyanyi blues tua dan mati di panggung Chicago,” tandas Morrissey.

Selengkapnya - Morrissey Tulis Buku Otobiografi Dirinya